Rumah Kelahiran Bung
Hatta yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta No. 37 Bukittinggi, Sumatera
Barat. Sesuai namanya, Rumah Kelahiran Bung Hatta merupakan tempat
dimana Bung Hatta dilahirkan, dan tinggal sampai beliau berusia 11 tahun. Pada usia itu beliau pergi ke Kota Padang guna meneruskan pendidikan menengahnya di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO).
Papan nama Rumah Kelahiran Bung Hatta di pinggir jalan Soekarno-Hatta
yang berukuran cukup besar dan mudah dikenali oleh pejalan yang lewat.
Papan nama Rumah Kelahiran Bung Hatta inilah yang membuat kami berhenti
dan lalu masuk ke dalam rumah.
Tampak depan Rumah Kelahiran Bung Hatta yang cukup asri dengan dua
lantai yang sebagian besar terbuat dari bilah-bilah papan kayu. Sebagian
dinding Rumah Kelahiran Bung Hatta terbuat dari anyaman bambu. Sebuah papan memberitahu pengunjung bahwa Rumah Kelahiran Bung Hatta buka dari Senin s/d Minggu, mulai pukul 08.00 pagi.
Setelah mengisi buku tamu, kami pun masuk ke dalam ruang utama Rumah Kelahiran Bung Hatta, ditemani oleh Uni
Dessiwarti yang telah 15 tahun mengurus dan merawat rumah Rumah
Kelahiran Bung Hatta ini. Uni Dessi ini dari Dinas Pariwisata yang
ditugaskan untuk mengurus Rumah Kelahiran Bung Hatta. Meskipun sudah
mengabdi di Pemda selama 25 tahun, namun Ibu Dessi ini masih berstatus
hono, belum diangkat sampai saat itu.
Dokumentasi foto
Saleha, Ibunda Bung Hatta, dan dua orang paman Bung Hatta, Mamak Idris
dan Mamak Saleh. Di sepanjang dinding kayu Rumah Kelahiran Bung Hatta
terdapat banyak foto-foto dokumentasi tentang Bung Hatta, keluarga dan
orang-orang terdekatnya.
Pada dinding Rumah Kelahiran Bung Hatta juga terdapat bagan silsilah
keluarga Bung Hatta, baik dari pihak Ibu maupun dari pihak ayahnya.
Dokumentasi foto Syekh Djamil Djambek yang menjadi guru agama bagi Bung
Hatta. Mengaji memang menjadi sebuah kegiatan sangat penting dan menjadi
bagian kehidupan sehari-hari anak-anak Minangkabau. Bahkan mereka,
seperti juga Bung Hatta ketika masih kecil, sering tidur di surau.
Beberapa benda peninggalan keluarga Bung Hatta juga disimpan di Rumah Kelahiran Bung Hatta ini, seperti mesin jahit tua milik nenek Bung Hatta ini. Rumah Kelahiran Bung Hatta ini memang adalah rumah neneknya.
Kamar Mamak Idris, paman Bung Hatta. Di rumah utama ini juga terdapat
kamar bujang, ruang baca Bung Hatta, serta perabotan rumah lainnya yang
kebanyakan masih asli.
Perabotan kayu Rumah Kelahiran Bung Hatta yang dibuat dari kayu surian,
sejenis kayu Jati di Jawa, semuanya masih asli, demikian juga lampu dan
karpet, serta benda-benda lainnya yang masih asli. Hanya tikar yang
telah digantu baru, namun disamakan dengan jenis dan bentuk aslinya.
Pemugaran Rumah Kelahiran Bung Hatta, yang diprakarsai oleh Azwar
Anas dan pemda setempat, dimulai pada awal 1995, dan diresmikan pada 12
Agustus 1995, bertepatan dengan hari lahir Bung Hatta.
Sumur lama yang lokasinya berada di dalam Rumah Kelahiran Bung Hatta. Aslinya sumur ini berada di belakang rumah, dekat dapur.
Sewaktu renovasi, karena membutuh halaman, bangunan Rumah Kelahiran
Bung Hatta ini pun dimundurkan ke belakang, sehingga letak sumurnya
menjadi berada di dalam rumah. Umur sumur ini lebih tua dari Rumah
Kelahiran Bung Hatta yang pertama kali dibuat pada 1860, dan airnya
masih baik digunakan sampai sekarang.
Lumbung Padi Aminah yang berada di samping belakang Rumah Kelahiran Bung
Hatta. Aminah adalah ibu Bung Hatta. Di belakangnya terdapat lumbung
padi Saleh, paman Bung Hatta. Di depan lumbung padi ini terdapat lesung
batu.
Rumah Kelahiran Bung Hatta dilihat dari arah belakang.
Uni Dessi, dengan “bugi” atau bendi yang sering digunakan Bung Hatta
pergi ke sekolah sewaktu kecil, yang disimpan di bagian belakang Rumah
Kelahiran Bung Hatta, di dekat istal kuda yang kini kosong. Jika tidak
naik bendi, dengan diantar kusir, Bung Hatta biasanya naik sepeda untuk
pergi ke sekolah.
Dokumentasi foto Bung Hatta saat masih berumur 10 tahun, duduk di atas
bendi ditemani seorang kusir yang duduk di sebelahnya. Mereka berada di
depan Rumah Kelahiran Bung Hatta, siap berangkat ke sekolah.
Sebuah ceret peninggalan nenek Bung Hatta yang disimpan di meja dekat
dapur Rumah Kelahiran Bung Hatta. Tutup ceret ini telah lama hilang.
Ruangan di lantai dua, dimana terdapat kamar Pak Gaek, kakek Bung Hatta,
dan kamar dimana Bung Hatta dilahirkan, serta meja makan keluarga.
Di kamar inilah Bung Hatta dilahirkan pada 12 Agustus 1902, dari
pasangan H. Muhammad Djamil dan Saleha, dan merupakan keturunan kedua
dari Syech Adurrachman, atau Syech Batuhampar.
Sebuah lampu antik di lantai dua Rumah Kelahiran Bung Hatta.
Bung Hatta tinggal di rumah kelahirannya ini dari tahun 1902-1913,
bersama ibu, kakek, nenek dan pamannya. Bung Hatta menikah 3 bulan
setelah Indonesia merdeka, meninggal di Jakarta pada 14 Maret 1980, dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, sesuai permintaannya.
(sumber: http://thearoengbinangproject.com/rumah-kelahiran-bung-hatta-bukittinggi/)
0 komentar:
Posting Komentar